Skip to content

KESULITAN BELAJAR

December 5, 2011

Kesulitan belajar merupakan terjemah dari istilah bahasa Inggris learning disability. Meskipun sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan sehingga terjemah yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Tetapi di Indonesia lebih dikenal dengan berkesulitan belajar. Selain itu kata berkesulitan juga lebih dipandang lebih baik dan mempunyai harapan dari pada ketidakmampuan.

KESULITAN BELAJAR

December 5, 2011

Kesulitan belajar merupakan terjemah dari istilah bahasa Inggris learning disability. Meskipun sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan sehingga terjemah yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Tetapi di Indonesia lebih dikenal dengan berkesulitan belajar. Selain itu kata berkesulitan juga lebih dipandang lebih baik dan mempunyai harapan dari pada ketidakmampuan.

LANDASAN TEORI: SKRIPSI

December 5, 2011

BAB II

LANDASAN TEORI

  1. A.    Tinjauan Pustaka
  2. Anak Berkesulitan Belajar
    1. Pengertian Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan terjemah dari istilah bahasa Inggris learning disability. Meskipun sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan sehingga terjemah yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Tetapi di Indonesia lebih dikenal dengan berkesulitan belajar. Selain itu kata berkesulitan juga lebih dipandang lebih baik dan mempunyai harapan dari pada ketidakmampuan.

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak lancar, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dengan demikian kesulitan belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya” (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 77).

Menurut pendapat The United States Office of Education (USOE)  dalam (Mulyono Abdurrahman:6-7:2003) menyebutkan bahwa :

Kesulitan Belajar Khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Bahkan batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa kesulitan belajar mencakup permasalahan pemahaman anak dalam memahami materi yang diterima serta dalam permasalahan penggunaan bahasa ujaran atau penggunaan tulisan.

Gangguan mendengar muncul dalam bentuk anak tidak mendengar atau anak anak mengalami kekurangan pendengaran. Gangguan berpikir muncul dalam bentuk kurangnya kemampuan anak dalam hal kognitif. Sedangkan gangguan berbicara terlihat dari sulitnya anak memanfaatkan organ bicaranya untuk berkomunikasi atau kurangnya perbendaharaan suku kata yang dipunyai anak. Lalu kesulitan terlihat dari kemampuan anak membaca yang masih sangat lambat sekali atau bahkan mungkin anak masih belum terlalu faham dengan huruf – huruf tersebut. Kesulitan menulis terlihat dari tulisan anak yang tidak teratur dan jelek. Selain itu kesulitan menulis juga bisa disebabkan karena koordinasi tangan yangh kurang baik. Sedangkan untuk kesulitan mengeja muncul karena sedikitnya kosa kata ank atau masih sulitnya anak membedakan huruf. Kemudian untuk kesulitan berhitung terjadi karena anak yang  yang masih lemah tentang konsep berhitung atau juga karena anak yang rendah kognitifnya.

Learning Disabilities Association of America yang dikutip oleh Sylvia Untario (www.kesulitanbelajar.org.2011) menyebutkan bahwa :

Kesulitan belajar atau “Learing Disabilities, LD”, adalah habatan / gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung.

Kesulitan belajar menunjukan pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap – cakap, membaca menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matemaika.

Pengertian anak berkesulitan belajar juga dikemukakan oleh Krochack, A. Linda and Thomas G Ryan dalam jurnal Special of Education Vol 22 No 3 2007 yang dikutip dari  (http : //www. google. co.id. International Journal of Special Education Children With Learning Disability. International Journal of Special Education Vol 22 No 3 2007)

Definition of a learning disability is “refer to a number of disorders which may affect the acquisition, organization, retention, understanding or use of verbal or nonverbal information. These disorders affect learning in individuals who otherwise demonstrate at least average abilities essential for thinking and/or reasoning. As such, learning disabilities are distinct from global intellectual deficiency. Learning disabilities result from impairments in one or more processes related to perceiving, thinking, remembering or learning. These disorders are not due primarily to hearing and/or vision problems, socio-economic factors, cultural or linguistic differences, lack of motivation or ineffective teaching”.

 

Yang berarti “ Kesulitan belajar mengacu pada sejumlah gangguan yang dapat mempengaruhi perolehan, organisasi, retensi, pemahaman atau penggunaan informasi verbal atau nonverbal. Gangguan ini mempengaruhi belajar pada individu yang dinyatakan dalam mendemonstrasikan kemampuan rata-rata minimal penting untuk berpikir dan / atau penalaran. Dengan demikian, ketidakmampuan belajar yang berbeda dari defisiensi intelektual global. Kesulitan belajar merupakan hasil dari gangguan dari satu atau lebih proses yang terkait dengan mengamati, berpikir, mengingat atau belajar. Gangguan ini bukan karena terutama untuk mendengar dan perbedaan / atau visi masalah, faktor-faktor sosial-ekonomi, budaya atau bahasa, kurangnya motivasi atau mengajar tidak efektif.

Specific learning disabilities means a disorder of one or more of the basic psychological processes involved in understanding or in using language, spoken or written, wich may manifest itself in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spel, or do arithmaetic calculations. The term includes such conditions as perceptual handicaps, brain injury, minimal brain damage, dyslexia, and developmental aphasia. The term does not include children who have learning problems which are primarily the result of visual, hearing, or motor handicaps, of mental retardation, or environmental, cultural, or economic disadvantage. (Johnson et al, 1980 : 37).

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang terlibat dalam pemahaman atau dalam menggunakan bahasa, lisan atau tertulis, yang dapat memanifestasikan dirinya dalam kemampuan sempurna untuk mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, spel, atau melakukan perhitungan dalam aritmatika. Istilah ini mencakup kondisi seperti cacat persepsi, cedera otak, kerusakan otak minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Istilah ini tidak mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang terutama hasil visual, pendengaran, atau cacat motor, keterbelakangan mental, atau merugikan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan  kesulitan belajar adalah salah suatu gangguan yang terjadi pada peserta didik yang menyebabkan peserta didik memperoleh hasil prestasi belajar yang rendah.

  1. klasifikasi anak berkesulitan belajar

membuat klasifikasi anak berkesulitan belajar tidaklah mudah karena pada dasarnya kelompok anak berkesulitan belajar merupakan kelompok yang heterogen. Mulyono Abdurrahman (2003:11) menyebutkan bahwa :

secara garis besar anak berkesulitan belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan motorik, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku social.  Sedangkan kesulitan belajr akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan ketrampilan dalam membaca, menulis, dan atau matematika.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78), kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi empat macam, antara lain :

1)        Dilihat dari jenis kesulitan belajar, yaitu ada yang berat dan ada yang sedang.

2)        Dilihat dari bidang studi yang dipelajari, yaitu ada yang sebagian bidang studi dan ada yang keseluruhan bidang studi.

3)        Dilihat dari sifat kesulitannya, yaitu ada yang sifatnya permanen/ menetap, dan ada yang sifatnya hanya sementara.

4)        Dilihat dari segi faktor penyebabnya, yaitu faktor inteligensi dan faktor non-inteligensi.

 

  1. Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor penyebab kesulitan belajar belum diketahui secara pasti, Menurut Sunardi (2000 : 13) faktor penyebab kesulitan belajar dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu : faktor organik dan biologis, faktor genetik, dan faktor lingkungan.

1)      Faktor Organik dan Biologis

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kesulitan belajar disebabkan oleh adanya disfungsi minimal otak (DMO) meskipun pada beberapa anak, gejala tersebut tidak ditemui. Selain adanya disfungsi minimal otak, kesulitan belajar ada bukti tentang adanya faktor biologis yang menjadi penyebab kesulitan belajar

2)      Faktor Genetik

Semakin disadari sekarang bahwa anak berkesulitan belajar cenderung terjadi dalam satu keluarga. Apakah ini merupakan faktor keturunan atau lingkungan, masih memerlukan penelitian yang lebih lamjut.

3)      Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi salah satu penyebab anak berkesultan belajar.

Selain itu factor kesulitan belajar juga muncul akibat faktor yang terdapat di dalam diri siswa, dan faktor yang ada di luar diri siswa, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Adapun faktor penyebab hambatan dan masalah belajar yang terdapat di dalam diri siswa, antara lain :

1)        Kelembahan secara fisik, seperti suatu susunan pusat syaraf yang tidak berkembang secara sempurna, luka, cacat, atau sakit, sehingga membawa gangguan emosional, penyakit menahun, asma yang menghambat usaha-usaha belajar secara optimal.

2)        Kelemahan-kelemahan secara mental, baik yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan dan kurang, seperti kelemahan mental.

3)        Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain : rasa tidak aman

4)        Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, antara lain : banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar, kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian, kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab, sering membolos atau tidak mengikuti pelajaran, dan gugup.

Sedangkan faktor-faktor kesulitan belajar yang terletak di luar diri siswa, antara lain :

1)           Kurikulum yang seragam, bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan dan perbedaan individu atau tidak tersedia.

2)           Ketidaksesuaian standart administratif sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar.

3)           Terlalu berat beban belajar siswa dan mengajar guru, terlampau besar populasi siswa di dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar.

4)           Terlalu sering pindah sekolah, atau program, tinggal kelas.

5)           Kelemahan sistem belajar mengajar pada tingkat pendidikan asal sebelumnya.

6)           Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga, pendidikan, sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis.

7)           Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstra kurikuler.

8)           Kekurangan makan atau gizi, nutrisi yang jelek

9)           Pandangan masyarakat yang salah terhadap pendidikan

10)       Tradisi hidup sosial ekonomi yang terbelakang

  1. Gejala – gejala Kesulitan Belajar.

Menurut pendapat Titik Sumiyati (2009:6) gejala – gejala kesulitan belajar antara lain :

1)      Menunjukkan hasil belajar rendah.

2)      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan

3)      Lambat dalam melakukan tugas – tugas kegiatan belajar.

4)      Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh atau menentang dan sebagainya.

5)      Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datang terlambat, dan sebagainya.

6)      Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, pemarah, dan sebagainya.

  1. Penanganan Kesulitan Belajar

Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar anak didiknya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting yang meliputi :

1)         Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi anak didik.

2)         Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.

3)         Menyusun program perbaikan, khususnya program pengajaran perbaikan (Muhibbin Syah, 2003: 187).

 

  1. Metode Drill
    1. Pengertian Metode Drill

Metode drill disebut metode latihan ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan dan ketrampilan, kemampuan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari (Roestiyah, 2001: 125).

Berdasarkan pendapat tersebut menyebutkan bahwa metode drill ini digunakan dengan cara memberikan latihan – latihan secara terus menerus kepada anak agar anak dalam menguasai materi yang disampaikan anak tidak sekedar tahu tentang materi tersebut. Tetapi anak juga faham dan juga terampil dalam menghadapi materi yang disampaikan. Missal, ketika mempunyai anak yang masih kecil, kita mengajarinya berbicara sedikit demi sedikit dan terus kita ulang sehingga pada akhirnya anak bisa menguasai kata – kata yang sering kita ucapkan.

Syaiful Bakhri Djamaroh dan Aswan Zainal dalam Istiqomah (2009:4) yang berpendapat methode drill dapat juga disebut dengan methode training yaitu merupakan suatu cara mengajar yang baik, untuk menanamkan kebiasaan yang baik juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, kesempatan dan ketrampilan.

Menurut Sukarman (2008:6) Drill atau latihan merupakan metode mengajar yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung, karena metode drill menuntut siswa untuk selalu belajar dan mengevaluasi latihan-latihan yang diberikan oleh guru.

Menurut Suwarna, dkk dalam Siti Nurhayati (2009:3) drill yaitu cara mengajar dengan memberikan latihan secara berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Menurut Syaiful Sagala (2006:217) metode drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.

Menurut Sriyono (1992 : 112) metode drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinyu / untuk mendapatkan ketrampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari.

Dari semua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode drill adalah suatu tekhnik mengajar yang dilaksanakan dengan memberikan latihan – latihan dan dilakukan secara berulang kali.

  1. Kelebihan dan Kekurangan

Diantara keuntungan metode drill adalah :

1)      Bahan yang diberikan secara teratur, tidak loncat-loncat dan step by step akan lebih melekat pada diri anak dan benar-benar menjadiu miliknya.

2)      Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahanya. Dengan demikian juga akan menghemat waktu belajarnya.

3)      Pengetahuan atau ketrampilan siap yang telah terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari baik untuk keperluan studi maupun untuk bekal hidup di masyarakat kelak.

Adapun kerugian atau kelebihan metode drill :

1)      Dapat membentuk kebiasaan yang kaku.

2)      Menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya. Didalam menghadapi masalah, siswa menghadapi secara statis.

3)      Menimbulkan verbalisme. Respons terhadap stimulus yang telah terbentuk dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakannya rasio sehingga, inisiatifpun terhambat.

4)      Latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya.

5)      Latihan dilakukan dalam pengawasan yang ketat dan dalam suasana yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan. Akhirnya anak enggan berlatih dan malas atau mogok belajar.

(Sriyono : 1991 : 113-114)

 

 

 

 

  1. Membaca
    1. Pengertian Membaca

Berdasakan pendapat Faridha Rahim (2008 : 3) bahwa membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical reading), dan membaca kreatif (creative reading).

Membaca merupakan  salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seorang akan mendapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru ( darmiyati zuhdi dan budiasih : 2001 : 56-57 )

Soedarso dalam Abdurrohman Mulyono (1999 : 200-201) mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.

Sedangkan Abdurrohman Mulyono (1999 : 200) menyebutkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat melihat dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata secara lincah, mengingat symbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa (http://id.wikipedia.org/wiki).

Menurut peneliti pengertian membaca adalah proses pengubahan simbol-simbol huruf menjadi bunyi untuk mendapatkan informasi dari bacaan tersebut.

  1. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca.

Kemampuan membaca seseorang tidak dapat diperoleh secara langsung. Menurut sabarsih akhadiah (1991:26) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang yaitu :

1)      Motivasi

Motivasi adalah faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. Sering kegagalan membaca terjadi karena rendahnya motivasi. Motivasi meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik

2)      Lingkungan Keluarga

Orang tua memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca akan berusaha agar anak – anaknya memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Untuk itu orang tua memegang peranan penting untuk mengembangkan kemampuan membaca anak.

3)      Bahan Bacaan

Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun kemampuan memahaminya. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak, jangan terlalu sulit dan terlalu mudah. Faktor yang diperhatikan dalam penentuan bahan adalah topik dan taraf kesulitan bahasa.

 

  1. Kesulitan Belajar Membaca Aksara Jawa

Rustinah (2009:web) Dyslexia adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Dyslexia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis karena seseorang dengan problem dyslexia mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk belajar membaca

Disleksia sebagai syndroma kesulitan dalam mempelajari komponen – komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen – komponen kata dan kalimat  dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan denganwaktu, arah, dan masa (Mercer dalam Mulyono Abdurrohman, 2003 : 204).

Sedangkan menurut lerner dalam (mulyono abdurrahaman 2003 : 204) kesulitan belajar membaca atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan pada fungsi otak.

Sedangkan menurut Cece Wijaya, (1996: 65), timbulnya kesulitan belajar membaca, dikarenakan :

1)        Siswa lamban belajar memiliki rentang perhatian yang rendah, bertingkah laku dan kacau.

2)        Derajat aktivitas siswa lamban belajar rendah

3)        Siswa lamban belajar kurang mampu menyiapkan huruf dan kata pada ingatannya dalam waktu lama.

4)        Siswa lamban belajar kurang mampu menyimpan pengetahuan hasil pendengaran.

5)        Siswa lamban belajar kurang mampu membedakan huruf, angka dan suara.

6)        Siswa lamban belajar tidak suka menulis dan membaca

7)        Siswa lamban belajar tidak sanggup mengikuti penjelasan yang bersifat ganda.

8)        Tingkah laku siswa lamban belajar berubah-ubah dari hari ke hari.

9)        Siswa suka terdorong oleh perasaan emosional dalams pergaulan, mudah tersinggung dan sering marah.

10)    Siswa kurang mampu melakukan koordinasi dengan lingkungannya.

11)    Penampilannya kasar

12)    Siswa lambat dalam perkembangan berbicara

13)    Anak susah dalam memahami kata dan konsep

14)    Anak sulit akrab dengan orang dan benda

15)    Kemampuan berbicaranya terbatas pada satu pokok pesoalan

16)    Mereaksi tidak cermat terhadap aksi yang datang dari luar

17)    Sulit menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan

Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa disleksia adalah adanya gangguan pada disfungsi otak atau adanya suatu gangguan lainnya yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam membaca.

dari pernyataan tersebut berarti yang dimaksud kesulitan belajar membaca aksara jawa adalah adanya gangguan disfungsi otak atau gangguan yang lainnya yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam membaca atau mengenali simbol aksara jawa.

 

  1. Aksara Jawa

Menurut Abdurrahman (2007:1) Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya-pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini juga digunakan di daerah Sunda danBali, meskipun ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama

Pada aksara Jawa hanacarakabakuterdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu “cerita pendek”:

 

Selain aksara jawa baku di atas juga terdapat beberapa akasara pelengkap atau pasangan dari aksara baku tersebut, anatara lain aksara murda, pasangan, aksara rekan. Berikut contoh aksara murda beserta pasangannya :

 

Gambar1. Aksara Murda dan pasangan murda

 

Gambar 2. Simbol pasangan aksara jawa

 

Gambar 3. Simbol aksara swara.

 

Gambar 4. Simbol sandangan aksara jawa

 

 

Gambar 5. Simbol aksara rekan

 

Gambar 6. Simbol tanda baca

(http://id.wikipedia.org/wiki/Aksara_Jawa)

 

  1. B.     Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka pemikiran berguna untuk mewadahi teori-teori yang kadang-kadang terlepas satu sama lain menjadi rangkaian yang utuh mengarah pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal khusus di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal-hal yang dipelajari dalam pelajaran bahasa jawa ada banyak, dari menulis aksara jawa, sopan santun, geguritan dan masih banyak lagi.

Adanya masalah kesulitan belajar mebaca pada anak merupakan salah satu faktor penyebab terhambatnya ketrampilan anak dalam membaca. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan ketrampilan membaca aksara jawa adalah penggunaan metode drill. Metode drill digunakan dalam peningkatan ketrampilan membaca karena dengan metode ini anak akan lebih mudah mempelajari pelajaran yang dimaksud. Pelajaran menjadi lebih mudah karena anak diberikan pelajaran tersebut secara berulang-ulang sehingga akan membuat anak memiliki daya ingat yang lebih kuat tentang bahasan yang dimaksud. Sehingga pada akhirnya anak dapat meningkatkan ketrampilan membaca dengan menggunakan metode tersebut.

ketrampilan membaca aksara jawa

rendah Faktor penyebab :

1)      Bukan pelajaran pokok

2)      Jarang digunakan

3)      Sulit

4)      …..

Metode drill

Ketrampilan membaca meningkat

Gambar 7. kerangka pemikiran

 

  1. C.    Hipotesis

Setelah penulis uraikan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka penulis ingin merumuskan hipotesisnya.  Sedangkan hipotesis yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut bahwa penerapan metode drill dapat meningkatkan ketrampilan membaca aksara jawa untuk anak kelas IV SD Negeri Wonokerso 1.

Prinsip-Prinsip Demokrasi yang Berlaku Universal

January 3, 2011

Inu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut, yaitu ; adanya pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap administrasi negara, perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme politik, kebebasan kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah.
Prinsip-prinsip negara demokrasi yang telah disebutkan di atas kemudian dituangkan ke dalam konsep yang lebih praktis sehingga dapat diukur dan dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu negara. Parameter tersebut meliputi empat aspek.Pertama, masalah pembentukan negara. Proses pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas, watak, dan pola hubungan yang akan terbangun. Pemilihan umum dipercaya sebagai salah satu instrumen penting yang dapat mendukung proses pembentukan pemerintahan yang baik. Kedua, dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat. Ketiga, susunan kekuasaan negara. Kekuasaan negara hendaknya dijalankan secara distributif. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan dalam satu tangan..Keempat, masalah kontrol rakyat. Kontrol masyarakat dilakukan agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau negara sesuai dengan keinginan rakyat.

open ended problem solving

January 3, 2011

Open-ended problem solving bukan soal cerita
Open-ended problem solving (OEPS) merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran metematika di tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas. Pendekatan ini menekankan pada penciptaan suasana belajar cara siswa memperoleh pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru. Pendekatan ini di kembangkan pada awal 1970-an di Jepang dan saat ini telah menyebar dan digunakan di luar Jepang, di antaranya pembelajaran matematika di Amerika Serikat.
Pendekatan OEPS di Indonesia bukan merupakan hal baru. Akan tetapi dalam penerapannya, banyak guru yang salah arti. Guru mengidentikkan OEPS dengan pemberian latihan berupa soal cerita padahal kedua hal tersebut tidak sepenuhya sama.
Tujuan penerapan pendekatan OEPS dalam pembelajaran matematika adalah  membantu mengembangkan aktivitas dan berpikir matematik siswa secara serempak dalam pemecahan masalah. Pendekatan ini akan memberikan ruang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk menyalurkan kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan masalah sesuai dengan minat yang dimilikinya sehingga akhirnya memperkuat intelengensi matematika mereka. Hal ini berbeda dengan pemberian latihan berupa soal cerita biasa. Dalam soal cerita biasa, sangat sedikit sekali atau bahkan mungkin tidak ada mengungkap kemampuan siswa untuk bernalar dan memecahkan masalah. Siswa hanya dituntut untuk bisa mengkaitkan bilangan-bilangan pada soal dengan satu atau dua operasi tertentu.

PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

January 3, 2011

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara kepala sekolah, guru matematika, siswa dan peneliti. PTK ini bersifat praktis, situasional dan kondisional berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran di sekolah. Jenis penelitian ini menawarkan inovasi belajar yang lebih efektif. Dampak tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan daya kreativitas siswa dalam memecahkan persoalan matematika di kelas dan peningkatan prestasi belajar siswa.

PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga keberhasilan peneliti sering menjadi tolak ukur keberhasilan (dihentikannya) siklus-siklus tersebut. Kemudian biasanya muncul permasalahan setelah dilakukan refleksi yang mencakup analisa, sintesa dan penilaian terhadap hasil pengamatan serta hasil tindakan sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perancangan ulang.

8 Kecerdasan Gardner

December 30, 2010

Gardner dengan “Teori  Multi Kecerdasan” mengatakan bahwa , “ IQ tidak boleh dianggap sebagai gambaran mutlak, suatu entitas tunggal yang tetap yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas.   Ungkapan yang tepat adalah bukan seberapa cerdas Anda, tetapi bagaimana Anda menjadi cerdas”. (2002: 58)

Setiap orang memiliki beberapa tipe kecerdasan. Gardner mendifinisikan  kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang budaya atau lebih.  Dengan kata lain kecerdasan dapat bervariasi menurut konteknya.  Dalam bukunya Frames of Mind Gardner menawarkan delapan jenis  kecerdasan manusia, sebagai berikut:

Kecerdasan Linguistik (Bahasa). Kemampuan membaca, menulis,dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair, orator, dan pelawak.

Kecerdasan Logis-Matematis. Kemanpuan berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis.  Ini adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan, ekomon, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.

Kecerdasan Visual-Spasial.  Kemampuan berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan.  Membayangkan berbagai hal pada mata pikiran Anda.  Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara strategis.

Kecerdasan Musikal. Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme.  Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman

Kecerdasan Kinestik-Tubuh.  Kemampuan menggunakan tubuh Anda secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para atlet, seniman tari atau akting atau dalam bidang banguan atau konstruksi.

Kecerdasan Interpersonal (social). Kemampuan bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan   memperlihatkan empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan mereka. Kecerdasan jenis ini biasanya  dimiliki oleh para guru yang baik, fasilitator, penyembuh, polisi, pemuka agama, dan waralaba.

Kecerdasan Intrapersonal. Kemampuan menganalis-diri dan merenungkan-diri, mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya, membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai, mengenal benar diri sendiri.  Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh , pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.

Pada tahun 1996, Gardner memutuskan untuk menambahkan satu jenis kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan naturalis), dan kendatipun banyak pendapat yang menentang, ada godaan untuk menambahkan yang kesembilan, yaitu kecerdasan spiritual.

Kecerdasan Naturalis. Kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.

Kecerdasan hanyalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secara penuh.

Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada “banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai prespektif.  Dan ketika  orang mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah  dan menyenangkan.

KREATIVITAS

December 30, 2010

I. Pendahuluan

Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia.  Kreativitas manusia melahirkan pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan umat manusia dengan karya-karya spektakulernya. Seperti Bill Gate  si raja microsof, JK Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary Ginanjar dengan  ESQ (Emotional & Spiritual Question) , penulis Pramudia Anatatur dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu,  penyanyi Kris Dayanti, Mely Guslow, Seniman Titik Puspa, dll. Apa yang mereka ciptakan adalah karya  orisinil yang luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu karyanya.

Kreativitas tidak hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang disadari.  Kegagalan bagi orang yang kreatif hanyalah merupakan  variabel pengganggu untuk keberhasilan. Dia akan mencoba lagi, dan mencoba lagi hingga berhasil.  Orang yang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan, mereka memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru. Gordon Dryden (2000: 185) dalam buku Revolusi Cara Belajar mengatakan bahwa ,” Suatu ide adalah kombinasi baru dari unsur-unsur lama.  Tidak ada elemen baru.  Yang ada hanyalah kombinasi-kombinasi baru.”

Orang kreatif yang kami jadikan contoh  dalam makalah ini adalah  Ary Ginanjar Agustian.   Ia sukses dengan bisnis ESQ-nya. Ia memiliki ide kreatif berawal dari apa yang ia renungkan tentang teknologi digital yang muncul di era modern ini, setelah ditemukan bilangan biner  yaitu angka nol dan satu sebagai system tranformasi.  Sehingga kehidupan manusia sepenuhnya ditunjang dengan perangkat canggih dan serba digital.  Menurut dia sangat ironis,  ketika semua piranti penunjang segala aktivitas manusia telah begitu canggih dan modern, ternyata mental manusia penggunanya masih analog (baca: tertinggal).  Sehingga dapat dibayangkan banyak ketimpangan di sana-sini. Solusinya sudah tentu dengan mengimbangi teknologi digital tersebut dengan manusia digital.

Apakah manusia digital itu? Tentunya manusia yang memiliki bilangan biner sebagai system tranformasi atas potensi spiritualnya, yaitu yang berbasis pada angka nol dan satu.  Menurutnya apabila hal ini terwujud, maka akan lahir sebuah peradaban manusia tertinggi yang memiliki kemampuan IPTEK DIGITAL dan IMTAK DIGITAL.  Saat itulah generasi emas lahir di bumi. Dari  renungan itulah ia membuat paradigma baru yang mensinergikan science, sufisme, dan psikologi modern secara Qurani dalam satu kesatuan yang  terintegrasi. Ia membahas rasionalitas dunia melalui kacamata spiritual.  Selain buku-bukunya menjadi best seller dalam waktu singkat, trainingnya juga sangat diminati, orang tidak berpikir  tentang harga yang harus mereka bayar tetapi kepuasan dalam layanan dan makna yang meraka dapatkan dari mengikuti kegiatan ESQ menjadi lebih penting.

Dapatkah  manusia menjadi kreatif?  Tony Buzan (2003: xix) dalam bukunya yang berjudul Head First mengatakan bahwa,” Kreativitas dahulu dianggap sebagai ”anugrah yang ajaib”, yang hanya dimiliki oleh segelintir orang.  Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang.  Menguraikan kekuatan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya.”  Sebagai  manusia kita harus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang dianugrahkan kepadanya.  Ary Ginanjar  (2002: 139) dalam bukunya ESQ mengatakan bahwa,” Dalam God Spot (titik tuhan) bersemayam dorongan (drive) seperti mencipta, kreatif, inovatif,dll. milik Tuhan. … Tetapi potensi-potensi dahsyat spiritual manusia itu sering kali tertutup atau ter”cover”. Itulah yang dimaksud tertutup atau terbelenggu, yakni ketika manusia menutupi dirinya sendiri.

Meningkatkan kreativitas merupakan bagian integral dari kebanyakan program untuk anak berbakat.  Jika kita tinjau program atau sasaran belajar siswa, kreativitas biasanya disebut sebagai prioritas, kreativitas memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia.  Salah satu kendala konseptual utama terhadap studi kreativitas adalah pengertian kreativitas sebagai sifat yang diturunkan/ diwariskan oleh orang yang berbakat luar biasa atau genius.  Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, 1968).

Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan kreativitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra sekolah.  Kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan dan ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang menunjang pembangunan.

Sebagai Negara berkembang Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumnya.  Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, masyarakat, dan Negara.

Berdasarkan uraian di atas dalam makalah ini akan dibahas mengenai pengertian kreativitas, kreativitas sebagai multi kecerdasan, delapan kecerdasan Gardner, proses kreativitas, ciri-ciri kreativitas, dan kiat-kiat menjadi kreatif.

STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING

December 30, 2010

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa
saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Pembelajaran konvensional Pembelajaran Active learning
Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua
indera danpotensi anak didik indera dan potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan Disesuaikan dengan
Pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi.

TUGAS KULIAH (Teori Bilangan)

December 30, 2010

OPERASI BILANGAN CACAH

  1. Penjumlahan

Jika A dan B dua himpunan yang saling asing dengan n(A) = a dan n(B) = b, yang berarti alangan-bilangan cacah maka “a+b” (dibaca a plus b, atau jumlah a dan b) adalah n(A  B). Jika n(A  B) kita disebut c maka : a + b = c.

Sifat – sifat penjumlahan pada bilangan cacah

1)      Tertutup

Untuk setiap a dan b  C (himpunan bilangan cacah) maka a + b  C

Contoh :

  • 4,5  C  4 + 5 = 9  C
  • 3,7  C  3 + 7 = 10  C

 

2)      Komutatif

a dan b  A, maka a + b = b + a

Contoh :

  • 1,3  C  1 + 3 = 3 + 1

4   =  4

  • 2,5  C  2 + 5 = 2 + 5

7   =  7

 

3)      Assosiatif

Untuk setiap a, b dan c  A, maka a +(b +c) = (a + b) + c

Contoh :

  • 2,3,4  C  2 + (3 + 4) = (2 + 3) + 4

2 + 7  =  5 + 4

9      =   9

 

4)      Memiliki identitas

Bilangan 0(nol) sebagai elemen identitas pada penjumlahan, sebab nol :

0 + a = a yang berlaku untuk setiap a  C.

Contoh :

  • 0,2  C  0 + 2 = 2  C

 

  1. Pengurangan

Operasi pengurangan pada himpunan bilangan cacah akan tertutup apabila dipenuhi pengurang < terkurangi.

Jika (c – a) disebut dengan b, jadi (c – a) = b maka rumus didefinisi menjadi a + b = c, maka pengurangan disebut balikan (invers) dari penjumlahan. Penjumlahan hanya mempunyai satu invers.

 

  1. Perkalian

a)      Perkalian dua bilangan p dan q yang dinyatakan dengan “ p x q “ = ialah penjumlahan atau penjumlahan berganda yang mempunyai p suku dan tiap – tiap suku sama dengan q.

Jadi : p x q = q + q + q + . . . + q(n)

b)      Bila dua himpunan P dan Q anggota,  dimana P dengan p anggota dan Q dengan q anggota, kemudian kita bentuk P X Q, maka banyaknya anggota yang berupa pasangan terurut dalam P x Q disebut p x q.

Sifat – sifat Perkalian pada Sistem Bilangan Cacah

1)      Tertutup

Untuk setiap p dan q  C (himpunan bilangan cacah), maka p x q  C

Contoh :

  • 4,2  C  4 x 2 = 8  C
  • 5,3  C  5 x 3 = 15  C

2)      Komutatif

Untuk setiap p dan q , maka p x q = q x p

Contoh :

  • 2,3  C  2 x 3 = 3 x 2

6   =  6

  • 3,4  C  3 x 4 = 4 x 3

12  =  12

3)                  Assosiatif

Untuk setiap p, q dan r  C, maka (p x q) x r = q x( p x r)

Contoh :

  • 2,3,4  C ( 2 x 3) x 4 = 3 x (2 x 4)

6 x 4   =  3 x 8

24     =   24

4)                  Memiliki Identitas

Bilangan 1 sebagai elemen identitas pada perkalian, sebab 1 x p = p x 1 = p yang berlaku untuk setiap p         C

5)      Distributif

Perkalian terhadap penjumlahan

Untuk setiap p,q dan r  C, maka

p x (q + r) = (p x q) + (p x r) (penyebaran kiri)

(q + r) x p = (q + p) + ( r x p) (penyebaran kanan)

  1. Pembagian

Dari perkalian a x b = c, bila diketahui salah satu factor dan hasil kalinya, maka hal itu dapat dinyatakan dengan kalimat terbuka sebagai berikut : a x…= c atau … x b = c.

Pengerjaan hitung yang mencari sebuah factor, jika factor yang lain dan hasil kalinya diketahui disebut pembagian. Hasil kali yang diketahui disebut terbagi, factor yang diketahui disebut pembagi dan factor yang dicari disebut hasil bagi.

Dalam kalimat terbuka a x …=c, faktordicari yakni hasil bagi c dengan a yang ditulis (c : a). jika (c : a) diisikan ke dalam kalimat terbuka di atas, terdapatlah rumus definisi : a x(c : a) = c.

Jadi definisi pembagian sebagai berikut:

(c : a) ialah bilangan yang jika dikalikan dengan a menghasilkan c. berhubungan dengan sifat komutatif, dapat juga kita tulis (c : a) x a =c.

Jika (c : a) kita sebut b, maka terdapat (c : a) = b dan a x b = c atau b x a = c. maka c : a = b sama artinya dengan a x b = c atau b x a = c.

Untuk membuktikan sifat pembagian, maka kalimat pembagian yang menyatakan sifat itu kita ganti dengan kalimat perkalian yang sama artinya.

 

 

OPERASI BILANGAN BULAT

 

Jika n bilangan bulat, maka n(-n) + n = 0. Bilangan (-n) disebut lawan dari (invers penjumlahan dari) n, dan 0 disebut elemen identitas terhadap penjumlahan.

Devinisi diatas menyatakan bahwa untuk setiap bilangan bulat n ada dengan tunggal bilangan bulat (-n) sedemikian hingga n + (-n) = (-n) + n = 0. Lawan dari (-n) adalah – (-n) sehingga (-n) + (-(-n)) + (-n) = 0.

Karena (-n) + n = n + (-n) = 0 dan mengingat ketinggalan dari n, maka (-(-n)) = n. Jadi lawan dari (-n) adalah n.

  1. Penjumlahan  Bilangan Bulat

Misalkan a dan b bilangan – bilangan cacah, maka (-a) + (-b) merupakan jumlah dua bilangan negatif. Misal (-a) + (-b) = c maka c = (-a) + (-b)

a)      Sifat – sifat penjumlahan pada bilangan bulat

  • Sifat kesaman  c + b = ((-a) + (-b)) + b
  • Sifat assosiatif  c + b = (-a) + ((-b) + b)
  • Invers penjumlahan  c + b = (-a) + 0
  • Sifat kesamaan  (c + b)  + a = (-a) + a
  • Invers penjumlahan  (c + b) + a = 0
  • Sifat assosiatif  c + (b + a) = 0
  • Sifat komutatif  c + (a + b) = 0
  • Sifat kesamaan  (c + (a + b)) + (-(a + b)) = – (a + b)
  • Sifat assosiatif  c +((a + b) + (-(a + b))) = – (a + b)
  • Invers penjumlahan  c + 0 = – (a + b)

Jadi kesimpulannya (-a) + (-b) = – (a + b).

Penjumlahan dua bilangan bulat, yang satu positif dan yang lain negatif, kita jelaskan sebagai berikut :

Misal a dan b dua bilangan cacah dengan a < b, berarti ada bilangan asli c sedemikian hingga a + c = b dan menurut definisi pengurangan bilangan cacah, a + c = b sama artinya dengan b – a = c

Jadi a + (-b) = a + (-(a + c))

a + ((-a) + (-c)), penjumlahan dua bilangan bulat negative.

a + (-b) = ( a + (-a)) + (-c)  (assosiasif penjumlahan)

= 0 + (-c)                (invers penjumlahan)

= (-c)  = – (b-a)

  1. Pengurangan bilangan bulat

Pengurangan bilangan bulat positif sama seperti halnya pengurangan bilangan cacah. Di sini akan kita bahas pengurangan bilangan bulat yang bilangan pengurangannya negative.

Misal a dan b dua bilangan cacah, dan missal pula a – (-b) = k, maka menurut definisi pengurangan berarti :

k +  (-b) = a

(k + (-b)) + b = a + b      (sifat kesamaan)

k + ((-b) +b)  = a + b      (sifat assosiatif)

k + 0 = a + b                  (inverse penjumlahan)

k = a + b

jadi kesimpulannya a – (-b) = a + b

 

  1. Perkalian bilangan bulat

Kita telah mempelajari perkalian bilangan cacah, selanjutnya pengetahuan itu dengan sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan bilangan bulat, kita dapat melakukan perkalian bilangan bulat yang salah satu atau kedua-duanya bilangan bulat negative.

Tetapi sebelum kita membicarakan hal itu terlebih dahulu kita buktikan suatu sifat konselasi (penghapusan) dari penjumlahan yaitu:

Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dan a + c = b + c maka a = b.

Bukti :

a + c = b + c

(a + c) + (-c) = (b + c) + (-c)                (sifat kesamaan)

a + (c + (-c)) = b + (c + (-c)                 (assosiatif penjumlahan)

a + 0 = b + 0                           (invers penjumlahan)

a = b

Berikut akan diperlihatkan bagaimana memberi makna perkalian dua bilangan bulat yang satu negative dan lainnya positif. Misalkan a dan b adalah bilangan cacah, maka a bilangan bulat positif dan (-b) bilangan bulat negative. Akan diperlihatkan bahwa a x (-b) = -(a x b).

bukti :

a x (b + (-b)) = a x 0

(a x b) + (a x (-b)) = 0

(a x (-b)) + (a x b) = 0

((a x (-b)) + (a x b)) + (-(a x b)) = 0 + (-(a x b))

(a x (-b)) + ((a x b) + (-a(a x b))) = -(a x b)

a x (-b) + 0 = -(a x b)

a x (-b) = -(a x b)

 

Mengingat sifat komutatif pada perkalian bilangan bulat, maka :

(-a) x b = b x (-a)

= – (b x a)

= -(a x b)

 

  1. Pembagian bilangan bulat

Seperti halnya pembagian bilangan cacah, pembagian bilangan bulat juga didefinisikan dengan perkalian.

Telah dibuktikan bahwa (-a) x b = a x (-b) = -(a x b) dan seterusnya kita tulis dengan –(ab), maka :

1)   –(ab) : a = (-b)                  3)  -(ab) : (-a) = b

2)   –(ab) : b = (-a)                  4)  -(ab) : (-b) = a

Demikian pula karena (-a) x (-b) = a x b maka:

5)  ab : (-a) = (-b)

6)  ab : (-b) = (-a)

 

 

OPERASI BILANGAN RASIONAL

 

Bilangan rasional (bilangan pecahan) adalah bilngan yang dapat dinyatakan dalam bentuk  dimana a dan b bilangan- bilamgan bulat dan b  0. a disebut pembilang dan b disebut penyebut.

Himpunan bilangan rasional biasa ditulis dengan lambang Q.

Jadi Q = {p / p =    , a ,b ,

  1. Penjumlahan Bilangan Rasional

Misal  dan  bilangan-bilangan rasional.

 

Maka    +   =

 

  1. Pengurangan Bilangan Rasional

–   =

 

  1. Perkalian Bilangan Rasional

–   =

 

  1. Pembagian Bilangan Rasional

Jika   :   = k, maka ini berarti

 

k x

 

 

  • (k x  x  =   x

 

  • k x (  x  =

 

k x 1 =

 

k x  =

 

Jadi   :   =   x